Rabu, 15 Januari 2014

Profil Hidayat Nur Wahid


Dr. Haji Muhammad Hidayat Nur Wahid, M.A.atau yang sering di sebut Hidayat Nur Wahid yang lahir di Klaten, Jawa Tengah, 8 April 1960; umur 53 tahun adalah Ketua MPR RI untuk periode 2004-2009 dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera dari 21 Mei 2000 hingga 11 Oktober 2004.

Hidayat Nur Wahid menjadi Ketua MPR RI periode 2004-2009 setelah mengalahkan saingannya, Sucipto dengan selisih dua angka yang diusung Koalisi Kebangsaan.

Dari pernikahannya dengan Almarhum Hj. Kastian Indriawati, Hidayat mempunyai empat anak: Inayatu Dzil Izzati, Ruzaina, Alla Khairi, dan Hubaib Shidiqi. Setelah istri pertamanya tersebut wafat, Hidayat Nur Wahid menikahi seorang janda dr. Diana Abbas Thalib pada tanggal 11 Mei 2008 di TMII.

Hidayat Nur Wahid dicalonkan oleh Partai Keadilan Sejahtera menjadi calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub tahun 2012 berpasangan dengan Didik J. Rachbini, politisi Partai Amanat Nasional dengan mengusung jargon "Ayo Beresin Jakarta" dan mendapat nomor urut 4.

Hidayat Nur Wahid semasa kecil bercita-cita menjadi dokter. Alasannya sederhana. Karena ingin dirinya dapat membantu sesama. Namun, keikhlasannya menjalani skenario hidup dari Allah membawanya ke dunia yang tak pernah dicita-citakannya: dunia politik. Kendati demikian, tekadnya tak berubah. Di manapun beraktivitas, dia selalu berupaya menjadi bagian dari solusi. Bukan justru bagian dari masalah. Hidayat kecil hidup seperti anak-anak desa lainnya. Bermain di sawah, mencari ikan di sungai dan menggembala ternak. Ayah beliau yang seorang guru berpikir jauh ke depan. Hidayat dikirimnya ke pondok pesantren modern Gontor. Rupanya, inilah yang menjadi dasar bagi langkah besar Hidayat ke masa depan.
Dari Gontor, Hidayat melanjutkan pendidikannya ke Madinah, Arab Saudi. Sebentar saja di sana. Hanya 13 tahun…
Sepulang dari Madinah, sebetulnya Hidayat ingin pulang dan mengamalkan ilmunya di Yogyakarta. Dekat dengan kampung kelahiran di Prambanan. Namun, teman-temannya di Jakarta mencegatnya. Mereka membutuhkan peran Hidayat.
Di Jakarta, Hidayat pun serius beraktivitas sebagai tenaga pengajar di UIN Syarif Hidayatullah Universitas Muhammadiyah dan Universitas Islam Asy Syafiiyah. Tampaknya Allah punya skenario lain. Rekan-rekan Hidayat yang semula membuat LSM, kemudian mendirikan partai. Tunduk pada keputusan musyawarah, Hidayat pun didaulat menjadi deklarator Partai Keadilan (PK).
Berawal di PK inilah Hidayat berkiprah di dunia politik yang terkenal kejam, penuh intrik dan secara salah kaprah dianggap sebagai dunia yang kotor dan menghalalkan segala cara. Namun, politik tidak mengubah prinsip hidup Hidayat yang dipegangnya sejak kecil. Hidayat bertekad menjadikan politik sebagai bagian dari solusi permasalahan bangsa. Bukan sebaliknya, menjadikan politik sebagai sumber masalah bagi bangsa.
Kiprah Hidayat di PK dan Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) terus menanjak. Bahkan, Hidayat pernah dua kali menjadi “Presiden”. Yakni, Presiden PK dan PKS. Hidayat juga menunjukkan prestasi yang luar biasa. Di bawah kepemimpinannya, PKS berhasil meraih suara 7,3 persen pada Pemilu 2004. Padahal, dalam Pemilu 1999, PK baru mendapat 1,53 persen suara. Hidayat juga menjadi salah satu anggota DPR periode 2004-2009 yang terpilih dengan suara melebihi Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). Hal ini menunjukkan bahwa Hidayat adalah figur yang siap mengemban amanah apapun dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi tinggi.

Kemampuannya sebagai pemimpin juga diperlihatkan ketika menjadi Koordinator Lapangan aksi sejuta umat menentang agresi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003. Aksi yang diikuti beragam komponen masyarakat itu berlangsung dengan tertib dan damai.
Hidayat juga pembelajar yang cepat. Dia belajar dengan maksimal di mana saja dia mendapat amanah tugas. Termasuk ketika terpilih sebagai Ketua MPR periode 2004-2009. Hidayat mengaku, dulu dia tak akrab dengan Undang-Undang Dasar. Tetapi kini UUD 1945 dihafalnya luar kepala. Ini karena Hidayat selalu berprinsip, apapun amanah yang didapat, dia akan mengerjakannya dengan maksimal.

Dia dengan cepat dikenal sebagai politisi yang senantiasa mengedepankan moralitas. Selaras dengan profilnya yang sederhana, low profile dan tawadhu (rendah hati). Sosok Hidayat sebagai pribadi dan pemimpin berjiwa sosial sudah sangat dikenal masyarakat. Dia selalu terlibat aktif dalam berbagai aktivitas sosial dan peduli korban bencana. Sebut saja bencana banjir ibukota, tsunami Aceh, gempa Yogya dan Jateng serta lokasi-lokasi bencana lainnya. Sebut juga aktivitasnya dalam menyantuni anak-anak yatim, pembangunan masjid dan pesantren, pemberian beasiswa bagi pelajar tak mampu dan berbagai aktivitas sosial lainnya.

Pendidikan Hidayat Nur Wahid sebagai berikut :
a.SDN Kebondalem Kidul I, Prambanan Klaten, 1972
b.Pondok Pesantren Wali Songo, Ngabar Ponorogo, 1973
c.Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, 1978

d.IAIN Sunan Kalijogo, Yogyakarta ( Fakultas Syari'ah), 1979
e.Fakultas Dakwah & Ushuluddin Universitas Islam Madinah Arab Saudi, 1983
f.Judul Skripsi Mauqif Al-Yahud Min Islam Al Anshar
g.Program Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah Arab Saudi, jurusan Aqidah, 1987
h.Judul Tesis Al Bathiniyyaun Fi Indonesia,Ardh wa Dirosah
i.Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Islam Medina, Arab Saudi, Fakultas Dakwah & j.Ushuludiin, Jurusan Aqidah, 1992
k.Judul Disertasi Nawayidh lir Rawafidh Lil Barzanji, Tahqiq wa Dirosah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar