Rabu, 15 Januari 2014
Sekilas profil tokoh politik Marsillam Simanjuntak
Pria ini lahir di Yogyakarta, 23 Februari 1943 umur 70 tahun dia adalah Marsillam Simanjuntak Sekretaris Kabinet Januari 2000, Menteri Kehakiman Juni 2001, Jaksa Agung Republik Indonesia untuk periode Juli-Agustus 2001.
Pendidikan formalnya adalah di bidang kedokteran. Ia adalah alumni Fakultas Kedokteran UI (1971). Karier awalnya adalah sebagai dokter penerbangan di Maskapai Penerbangan Garuda, yang masih ditekuninya hingga sekarang. Namun demikian, masa kerjanya sempat 'terpotong' 17 bulan, karena pada tahun 1974 ia harus mendekam di rumah tahanan militer setelah disangka terlibat Peristiwa Malari. Penahanannya berakhir tanpa pernah diadili.
Selepasnya dari tahanan (1975) ia diangkat sebagai Kepala Kesehatan. Hanya saja, ia kemudian harus menerima keputusan percepatan masa pensiun karena menolak menjadi anggota Korps Pegawai Negeri (Korpri) dan indoktrinasi P-4.
Sejak bulan Oktober 2006 Marsillam diangkat oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bersama Agus Widjojo dan Edwin Gerungan, sebagai staf presiden yang dinamakan Unit Kerja Presiden Pengelolaan Program dan Reformasi (UKP3R).
Marsilam Simanjuntak Tokoh Penting di Balik Kejatuhan Gus Dur
Marsilam Simanjuntak kini menjadi kontroversial menyusul kasus dana talangan Bank Century yang membengkak menjadi Rp 6,7 triliun.
Ia hadir dalam Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di gedung Departemen Keuangan, dinihari 21 November 2008 yang akhirnya memutuskan status Bank Century sebagai “bank gagal yang berdampak sistemik” diikuti pengucuran bailout sebesar Rp 632 miliar untuk mendongkrak rasio kecukupan modal bank itu. Kala itu, Marsilam adalah Ketua Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan Program Reformasi (UKP3R) Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I.
Unit kerja ini berada langsung di bawah Presiden SBY, dibentuk dengan Keppres di tahun 2006.
Kehadiran Marsilam menjadi petunjuk penting lain mengenai “keterlibatan” atau setidaknya “pengetahuan” Presiden SBY terhadap rencana “penyelamatan” Bank Century. Tetapi kubu Istana Negara belakangan membantah kehadiran Marsilam dalam rapat itu atas perintah Presiden.
Bukan sekali ini saja Marsilam menjadi tokoh kontroversial. Ia juga menjadi figur yang kontroversial saat berada di tubuh pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001). Menurut Hermawan Sulistyo, Marsilam Simanjuntak adalah orang yang memiliki peran paling penting sehingga akhirnya di dalam Maklumat yang disampaikan Gus Dur terdapat poin tentang pembekuan parlemen dan percepatan pemilu.
Padahal, sebut Hermawan Sulistyo kepada Rakyat Merdeka Online, sejatinya Gus Dur hanya ingin agar Partai Golkar yang dibekukan sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung (MA).
Marsilam menggantikan Jaksa Agung baharuddin Lopa yang meninggal dunia pada 10 Juli 2001. Ia dan Gus Dur adalah teman lama sejak di Forum Demokrasi.
Menjelang tengah malam kala itu, 22 Juli 2001, Marsilam menjadi orang terakhir yang menyusun draf Maklumat. Ada pun Gus Dur yang sudah “patah hati” menerima apa saja yang dikonsepkan.
Tadinya, sebut Hermawan, Gus Dur masih punya sedikit harapan. Tetapi begitu mengetahui bahwa panser dan tank yang diparkir di sekitar silang Monas mengarah ke Istana, dirinya mulai kehilangan semangat. Gus Dur membiarkan semua tokoh LSM yang malam itu mengunjunginya untuk menyusun draf. Dan Marsilam lah yang menjadi perumus akhir.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar